Rumah Tiram, Inovasi Ichsan Rusydi Menyejahterakan Desa Alue Naga, Aceh

Desa Alue Naga merupakan salah satu daerah penghasil tiram terbaik di Aceh. Meskipun pernah terdampak tsunami Aceh pada tahun 2004, desa ini kini telah berkembang pesat. Letaknya yang dekat dengan permukaan laut menjadikan sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.

Melalui inovasi teknologi “Rumoh Tiram” yang dirancang oleh Ichsan Rusydi, perekonomian petani tiram di Desa Alue Naga meningkat secara signifikan. Inovasi ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga memiliki dampak sosial, seperti membangun kerja sama, merangkul masyarakat, serta mengubah pola pikir dan perilaku menjadi lebih produktif.


Ichsan Rusydi adalah dosen di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Bersama tim yang terdiri dari mahasiswa, ia mengembangkan teknologi budidaya tiram berbasis ban bekas (floating culture menggunakan ban bekas) di Kampung Tibang, Aceh.

Atas dedikasi dan inovasinya, Ichsan Rusydi dan tim memperoleh penghargaan SATU Indonesia Awards (Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia Awards) dari Astra pada tahun 2016 dalam kategori “Kelompok”. Penghargaan ini diberikan kepada pemuda atau kelompok kreatif yang berhasil memberdayakan masyarakat di lingkungannya, telah menjalankan kegiatan minimal satu tahun, belum pernah menerima penghargaan nasional maupun internasional sebelumnya, dan bukan merupakan karyawan Astra.

Setelah memperoleh penghargaan tersebut, program “Rumah Tiram” mendapat perhatian lebih besar dari pemerintah daerah. Dukungan yang lebih luas ini memperlihatkan bagaimana sinergi antara akademisi (universitas), masyarakat desa, dan pihak swasta (Astra) mampu menciptakan perubahan nyata di tingkat lokal.

Namun, di balik keberhasilan tersebut, perjalanan tidak selalu mulus. Pada awal pelaksanaan, sempat terjadi penolakan dari sebagian warga terhadap metode budidaya baru. Selain itu, perubahan kebiasaan masyarakat dalam pengambilan tiram juga menjadi tantangan tersendiri.

Keberlanjutan program ini masih perlu terus dipantau — mulai dari stabilitas hasil panen, peningkatan kesejahteraan petani dalam jangka panjang, hingga pengembangan produk olahan tiram agar memiliki nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi.

Banyak keluarga di Desa Alue Naga yang menggantungkan hidup sebagai pengambil tiram. Sebelum hadirnya inovasi “Rumoh Tiram”, hasil panen tiram cenderung tidak menentu dan pekerjaan yang dilakukan pun cukup melelahkan. 

Setelah diterapkannya inovasi budidaya tiram menggunakan ban bekas sebagai rumah tiram, hasil panen meningkat signifikan. Prosesnya menjadi lebih efisien, baik dari segi waktu maupun tenaga. Selain itu, pendapatan keluarga turut meningkat, karena tiram yang dihasilkan dapat dijual dalam jumlah lebih banyak dan dengan ukuran yang lebih besar.

Bukan hanya mendukung suami, para istri nelayan juga turut berperan aktif dalam kegiatan budidaya tiram. Mereka terlibat langsung dalam proses pembersihan, penyortiran, hingga penjualan tiram, sehingga berkontribusi nyata dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

Agar memiliki nilai tambah ekonomi, para pelaku budidaya tiram diberikan pelatihan pengolahan hasil tiram menjadi berbagai produk olahan, seperti keripik tiram, abon tiram, dan produk turunan lainnya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui diversifikasi produk dan pengembangan usaha berbasis tiram.

Dengan meningkatnya pendapatan keluarga, kini anak-anak di Desa Alue Naga tidak lagi perlu ikut membantu orang tua mencari tiram di laut. Mereka dapat lebih fokus dan rajin bersekolah, sehingga memiliki peluang yang lebih baik untuk masa depan.

Selain itu, Astra juga melaksanakan berbagai kegiatan sosial di Desa Alue Naga, termasuk program pendidikan lingkungan dan literasi bagi anak-anak pesisir. Sebelum ada program, masyarakat cenderung menganggap pekerjaan tiram “tidak bisa diubah.”

Setelah Ichsan Rusydi dan tim mengedukasi bahwa teknologi sederhana (ban bekas, tali, pelampung) bisa meningkatkan hasil, terjadi perubahan pola pikir keluarga pesisir. 

Terjadi perubahan mental dan pola pikir masyarakat di Desa Alue Naga. Jika sebelumnya mereka mencari tiram hanya untuk bertahan hidup, kini muncul semangat untuk maju dan berkembang melalui budidaya yang lebih terstruktur.

Selain itu, tingkat solidaritas antar keluarga juga semakin kuat, ditandai dengan meningkatnya kerja sama dan gotong royong dalam mengelola serta menjaga area budidaya tiram.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

3G ( Gold, Glory, Gospel )

Ketika Pria Meminta Bukti Cinta Dengan MAKING LOVE

Menghafal Tabel Periodik dengan Mudah