Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!
Penyakit kusta dianggap penyakit kutukan, meski sudah sembuhpun orang enggan berdekatan denganya, banyak bermacam stigma hidak benar beredar ditengah masyarakat, sehingga membuat pengidapnya tidak mau berobat bahkan yang sudah sembuhpun dijauhi masyarakat.
Kemarin ini saya senyaksikan talkshow streaming di Youtube dari NLR, Tepatnya tanggal 26 Januari 2022, acara online ini memperingati hari kusta sedunia, yg bertepatan diakhir bulan Januari 2022, inilah jadi momentum yang baik, mengingat kusta dianggap penyakit yang kuno namun masih ada di Indonesia, dan makin terabaikan. Dalam 10 tahun terakhir penemuan kasus baru stagnan 16.000 s/d 18.000 orang dan hal ini menjadikan indonesia urutan ke 3 negara dengan kasus penyakit kusta teringgi di dunia setelah brazil dan india, kurangnya informasi dan edukasi, membuat masyarakat akhirnya kurang waspada. Terlebih dengan stigma yang terus ada berkembang, sehingga membuat orang bergejala kusta enggan memeriksakan diri akibatnya penularan kusta terus terjadi dan jumlah disabilitas akibat kusta semakin meningkat.
Tema hari ini Tolak Stigmanya! Bukan Orangnya.
Sejauh mana Stigma dapat berdampak pada kehidupan pengidap kusta dan pengalaman pribadi orang yang pernah mengalami Kusta
Narasumber hari ini ada Dr Astri Ferdiana selaku teknikal advisor NLR Indonesia, ada Al Qodri selaku wakil ketua perwakilan perhimpunan mandiri kusta nasional. beliau ini adalah Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) tertular kusta dari kecil sejak berusia 6 tahun, pengalamanya ia pernah dikeluarkan dari sekolah karna dianggap berbahaya, bisa menularkan kusta. STIGMA KUSTA mengalami dobel diskriminasi,
Pengalamanya di diskriminasi saat sakit kusta, bukan hanya dirinya saja, tapi keluarganya pun terkena imbasnya.
Akibat
Contohnya Di sulawesi selatan ada 8 perkampungan dengan orang yang pernah mengalami kusta, disana banyak sekali stigma pada penderita kusta, membuat mereka mengurung diri dan kurang bersemangat, bahkan sampai ada yang menolak lamaran dari orang yg keluarganya pernah mengidap kusta (OYPMK).
Pak Al Qodri menegaskan OYPMK harus mendapatkan hak yang sama dengan kita,
Cara mencegah penyakit kusta adalah memutus mata rantai penularan, dengan mendorong pasien kusta untuk segera berobat dan dukungan sosial agar semangat untuk sehat, sebab jangka waktu pengobatan yang lama, bukan dengan menjauhi orang dengan sakit kusta maupun orang yang sudah sembuh dari kusta.
Bagaimana Cara menghilangkan stigma kusta dimasyarakat? Tanya peserta di Zoom, Pak Al Qodri menjelaskan, caranya bisa melibatkan saudara atau kerabat yang pernah mengalami kusta diikutsertakan dalam kegiatan kemasyarakatan, kemudian memberikan testimoni saat sosialisasi tentang kusta.
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri yang menyerang saraf-saraf, menimbulkan
Kecacatan pada jari tangan, juga jari kaki.
Gejala kusta sebenarnya sangat sederhana penampakanya seperti kulit terkena panu, bedanya kalau kusta terlihat bercak merah/putih di kulit karna kusta tidak gatal, tidak bersisik, tidak sakit, mati rasa, sangat mudah mengalami luka karna mati rasa.
NLR merupakan satu-satunya organisasi nasional yang bekerja mengarah untuk eliminasi kusta dan konsekuensinya, NLR berperan memberantas kusta, yang bekerja sama dengan dinas kesehatan, kementrian kesehatan dan organisasi kusta.
Saran dari Dr Astri Jika kita berkontak erat dengan pasien kusta, kita bisa minum obat sebagai pencegahan tertular kusta, cukup 1 kali minum sebagai pencegahanya.
Nah sekian sharing saya, semoga dengan adanya acara rutin dari NLR masyarakat teredikasi tentang kusta.
Komentar
Posting Komentar